Sabtu, 19 Desember 2009

Cerpen pertamaku


By: aulia ramadhan

Aku.....
Kadang aku bingung mengapa ku mulai tulisan ini dengan kata aku. Mungkin bagiku, hanya kata aku yang pantas dan akan terus terangkai menjadi untaian hidupku. Walaupun, manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri. Tapi, aku beda. Aku merasa hidupku hanya untukku sendiri.
Orang tua adalah sesuatu yang sangat berharga dalam hidup. Namun, saat semua itu pergi aku hanya tertinggal sendiri diantara hidup yang kelam. Walau kurasa kadang hidup itu tak pernah adil. Tapi, inilah hidup yang kuat akan bertahan dan mungkin menang. Hal itu yang selalu terlintas dalam hati ku. Dan itu hanyalah pikiran seorang anak berumur 14 tahun yang telah kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya. Dan kini hanya sendiri dan sendiri, dan tak pernah berharap ada seseorang pun disisinya.
Kurasa seperti matahari tak bersinar lagi dan kuhilang dalam kesendirianku, yang bisa kulakukan hanya menunggu dan menunggu hingga sinar itu datang atau mungkin takan pernah datang. seperti rumput tehempas badai tak jelas arah yang ku tuju. hanya diam dan menghilang ditengah keramaian. Menjadi minoritas yang tak terperhatikan dan hanya di buang.
walaupun sampai hatiku ini hancur biarkan senyumku tak hilang dari ku. Mungkin mereka tahu aku bahagia karena disaat aku bahagia, ku tertawa dibalik kesedihan dan disaat ku tersenyum, ku menangis keras dalam hati. biarkan waktu yang menetapkan kapan ku harus berbicara atau mungkin takan pernahku katakan yang sebenarnya. Mungkin bagi mereka masa lalu adalah kenangan yang akan terkenang selalu tapi bagiku masa lalu hanyalah sewatu yang telah berlalu biarkan berlalu tanpa harus terkenang lagi. seindah apapun itu biarkan menghilang dan tenggelam bersama-nya, seindah apapun dia biarkan kulupakan. kujalani hati ku seperti apa yang ku inginkan, jangan salahkan aku saat kau terjatuh ku akan terus kedepan. Meninggalkan semua yang ada di belakangku.
Tetapi kurasakan sesuatu yang kurasa belum pernah kurasakan dalam hidupku. Kadang ku bingung apakah hidup ini akan terus ku lewati dan hanya terlewati tanpa sebuah kenangan apapun. Saat itu mulai ku coba merubah jejak kebiasan ku. Mulai kutulis untaian-untaian kisahku yang menjadi sebuah cerita pendek yang rangkai dan tersusun rapi, yang mungkin tak jelas tapi cukup berarti. Karena itu akan jadi cerpen pertamaku.
Sentuhan demi sentuhan kulewati dan terus kulewati. Hanya sentuhan terakhir yang sedikit mudah tapi sangat penting. Sentuhan itu dengan sekejap hilang seakan takan pernah kuraih kenangan itu. Dan satu lagi, ku tak ingin ada seorang pun yang membacanya.
Aku bingung, langsung kutuju tempat rahasiaku. Tentu kamarku, bolak-balik kukelilingi kamarku. Dari depan ke belakang- dari belakang ke depan sambil memikirkan apa saja yang telah kulakukan hari ini. Pagi ku bangun dan langsung mandi, lalu berangkat kesekolah dan sepertinya terakhir buku itu ada dikantin sekolah, dan saat ku lihat jam. Wah, sudah hampir jam 11.00 wib.
Dengan hati setengah ikhlas ku paksa diriku, dari pada harus mendengar yang lain Telah membaca cerita yang tak jelas itu. Kuambil kunci motorku dan segera pergi ke sekolah. Dijalan semua terlihat sepi sunyi hanya aku dan motorku. Tak ada kendaraan yang lewat ataupun berpapasan denganku. Sebagai manusia aku pun bisa merasa takut, terlebih saat sampai di sekolah tidak ada pak satpam yang biasa menjaga. Malam pun semakain larut, udara sekitar juga seakan mencengkramku sangat dingin. Aku sedikit curiga melihat tidak ada satpam, tapi gerbang terbuka lebar seakan menyambut kedatanganku. Tak ambil pusing ku langsung masuk dan pergi menuju kantin.
“Ada orang disini...?”
“Ada orang tidak..? Is Anyone here..?”
“Siapa disana...? Aku Dina.”
Aku tak tahu apa yang dia lakukan disini. Tambah bergetar saja hatiku ini, walau berbeda rasanya tapi mungkin lebih baik dari tadi. Dia bilang dia ingin yang mengambil tasnnya yang ketinggalan di kantin. Karena kami satu tujuan lalu kami bersama pergi bersama-sama.
Sambil terus berkata dalam hati semoga tidak satu orang pun yang telah membacanya. Langkah-langkah kaki kami mulai bergetar merasakan susana yang semakin berubah. Namun, Terdengar sebuah langkah kaki yang terdengar mencekam tapi membuat kami penasaran. Kami datangi suara itu dan entah mengapa suasana seperti berubah mencekam. Seakan ada sebuah gemuruh angin yang menghempaskan kami.tiba-tiba terdengar suara hentakan kaki yang membuat kami semakin ketakutan.
“tak.. tuk.. tak.. tuk..” seakan ada seseorang yang datang mendekati kami. Kami terus bertanya-tanya suara apakah itu? Tapi kami tidak tahu suara apa itu. Namun saat kami menengok kebelakang ada sebuah bayangan samar yang hitam kelam, seakan semakin mendekati kami. Kami berdua ketakutan, dan langsung berlari menuju kantin yang terlihat terang. Namun , saat kami berlari tiba-tiba dina terjatuh dan sepertinya kakinya telkilir dan tidak bisa berlari lagi. tapi, bayangan itu semakin dekat.
Aku ada diantara dua pilihan yang harus ku pilih, ku harus menolong dina dan ku tak tahu apakah ku bisa selamat, ataukah ku menyelamatkan diriku sendiri dan lari dari masalah ini. Akhirnya ku pilih untuk menolong dina. Dan saat kucoba untuk membangunkannya, tiba-tiba ada seseorang yang memegangku.
“Tolong, tolong...!”
“Ada apa sich dek..? orang ini bapak satpam, kok malam-malam masih di sekolah..?”
“Begini pak, tadi saya meninggalkan buku saya di kantin. Jadi saya mau mengambilnya. Dan ini dina, dia juga ingin mengambil tasnya yang ketinggalan. Tapi, sekarang sepertinya kakinya telkirir pak. Soalnya kami kira bapak itu hantu. terus bagaimana pak..?”
“Ya sudah bawa saja ke ruang UKS, kalau tidak antarkan dia pulang krumahnya!”
“Iya pak, saya antarkan dia dulu kerumahnya”
“Hati-hati dek!”
“Ya pak.”
Langsung kuantarkan dina kerumahnya, danku pun langsung pulang ke rumahku. Sesampainya di rumah aku ingat bahwa cerpen pertamaku masih hilang. Tapi biarlah mungkin memang takdirnya itu harus hilang. Keesokan harinya aku bertemu kembali dengan dina.
“hai..”
“hai juga, bagaimana kakimu,masih sakit?”
“sudah baik kok..! terima kasih ya tadi malam”
Entah mengapa ku mulai berubah, dulu aku tidak akann tahan berbicara 30 detik saja, dengan seseorang. Dan kini, aku malah bisa menerimanya menjadi temanku bahkan sahabatku.
“ini punya kamu ya? Cerpen kamu bagus.”
Ternyata cerpen pertamaku yang aku cari itu ada di dina. Tapi, anehnya aku tidak marah atau pun malu.dan semenjak itu aku bersahabat dengan dina. Entah mengapa semua ini terasa datang berurutan seperti sebuah cerita. Dan mulai saat itu aku sadari tidak ada satu pun manusia yang bisa hidup sendirian. Dan kata terakhir ku terimakasih cerpen pertamaku, kau telah merubah hidupku. Thax...

Jumat, 18 Desember 2009

bwt baru

krna lupa,jadi buat baru........